Foto: Istana Negara |
Taufiq Kiemas menyatakan kapok koalisi dengan Prabowo saat menyadari kemenangan Joko Widodo di Pilgub DKI lebih banyak mendongkrak popularitas Prabowo Subianto sebagai capres yang akan diusung oleh Partai Gerindra. Nyatanya sejumlah survei capres tak lama setelah kemenangan Jokowi diumumkan, menempatkan Prabowo sebagai capres terpopuler di atas Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Hal ini juga membuat Megawati sedikit kecewa. Secara terang-terangan Mega menyebut ada penumpang gelap yang menunggangi popularitas Jokowi yang sedang naik daun di Pilgub DKI. Komunikasi antara Megawati-Prabowo pun dikabarkan mulai renggang sejak saat itu. Prabowo akhirnya tak menghadiri pelantikan Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta. Seolah tak mau dianggap memanfaatkan popularitas Jokowi, Prabowo pun menunda deklarasi pencapresannya pada Oktober 2012 lalu.
Pernyataan Taufiq Kiemas kapok berkoalisi dengan Prabowo bisa saja menjadi pemutus tali koalisi PDIP dan Gerindra. Namun sebenarnya Gerindra masih benar-benar berharap PDIP sudi mendukung pencapresan Prabowo di Pilpres 2014 mendatang.
Namun hubungan PDIP-Gerindra malah semakin renggang setelah keduanya berbeda pandangan soal syarat pencapresan yang diatur dalam UU Pilpres. PDIP bersama partai-partai besar lain mendorong angka Presidential Threshold (PT) Pemilu 2014 dipertahankan pada kisaran 25 persen kursi DPR atau 20 persen suara Pileg. Namun Gerindra bersama jajaran partai menengah dan kecil mendorong angka PT dipotong habis disamakan dengan Parliamentary Threshold. Secara tegas Gerindra merasa ada penjegalan terhadap pencapresan Prabowo, sejumlah politisi Gerindra pun mengajukan judicial review UU Pilpres ke MK.
Kunjungan Taufiq Kiemas dan Puan Maharani ke Istana Negara di tengah hubungan kurang baik PDIP dan Gerindra jelas memancing spekulasi politik. Direktur Riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Arman Salam, melihat ada upaya Taufiq mengawinkan PDIP dan PD sebagai partai koalisi di Pilpres 2014 mendatang. Jago yang diajukan siapa lagi kalau bukan Puan Maharani. Lantaran Taufiq berulangkali meminta istrinya tak lagi maju di Pilpres 2014. Terang saja, Taufiq Kiemas diisukan sedang mencari suksesi kepemimpinan PDIP yang akan meneruskan jabatan Ketua Umum PDIP.
"Taufiq memang berusaha keras memunculkan anaknya menjadi tokoh nasional dan diarahkan ke Pilpres," kata Arman saat berbincang dengan detikcom, Rabu (26/12/2012).
Taufiq pasti paham sekali adanya janji politik Megawati terhadap Prabowo di Pilpres 2009 lalu. Situasi sangat dinamis di politik, bisa saja seorang Megawati akhirnya memilih mengingkari komitmennya dan menyerahkan tampuk kekuasaan di 2014 ke Puan Maharani, putrinya yang kini menjabat Ketua FPDIP DPR.
"Saya kira akan lebih bisa Megawati memberikan tampuk kepemimpinan kepada Puan dibandingkan Prabowo walaupun komitmen awal PDIP akan menyerahkan ke Gerindra. Namun pada akhirnya tergantung bagaimana realisasi janji politik Mega terhadap Prabowo di Pilpres 2009 lalu," kata Arman.
Namun demikian manuver politik Taufiq tak sepenuhnya direstui oleh semua pimpinan PDIP. Masih banyak tokoh di internal PDIP yang mendukung pencapresan Megawati kembali dan mendesak posisi tegas PDIP untuk tak merapat ke kekuasaan. Namun semua tahu pemerintahan Presiden SBY akan berakhir bertepatan dengan Pemilu 2014 mendatang. Artinya kalaupun PDIP dan PD berkoalisi di Pilpres 2014 nanti, PDIP tak lagi berkoalisi dengan partai penguasa.
"Sampai sekarang ini kita tetap konsisten bahwa PDIP akan tetap di luar pemerintahan. Jadi belum ada kepikiran bahwa kita akan masuk dalam kabinet dan itu semua sudah jadi kesepakatan," demikian disampaikan Puan mengenai sikap politik PDIP, usai bertemu dengan Presiden SBY di Istana Negara, Jakarta.
Jadi apakah Taufiq Kiemas yang kapok berkoalisi dengan Prabowo akan benar-benar sukses mewujudkan perkawinan politik PDIP-PD di Pilpres 2014. Apakah Megawati akan merestui majunya sang putri ke Pilpres 2014 dan mengingkari komitmen politiknya dengan Prabowo Subianto?
(van/nrl)
No comments:
Post a Comment