Rista Rama Dhany - detikfinance
Jakarta - Pada masa Orde Baru, siapa yang tidak kenal
dengan sosok Ibnu Sutowo, namanya begitu angker dan hebat waktu itu.
Ibnu dianggap pelit bicara dan menjadi tokoh sentral dalam perjalanan PT
Pertamina (Persero).
"Dalam bedah buku Ibnu Sutowo "Saatnya Saya
Bercerita" kita mengenal kembali siapa beliau, jasa-jasanya yang besar
dan bisa memberi semangat kepada kita semua, dengan motto hidup Pak Ibnu
yang terkenang "belajar sambil bekerja, bekerja sambil belajar," kata
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali
Mundakir, dikutip Minggu (30/12/2012).
Dalam buku Ibnu Sutowo,
yang berjudul "Saatnya Saya Bercerita", Ibnu lahir tahun 1914, anak dari
seorang Wadena (Bupati) di Grobogan, Jawa Tengah. Ia termasuk golongan
Priyai berlatar belakang feodal.
Latar belakang pendidikannya,
masuk sekolah dasar Belanda Europeans Lagere School (ELS) dan lulus lalu
masuk sekolah NIAS (Nederlans Indische Artsen School) di Surabaya. Saat
berusia 26 tahun lulus ujian dan menjajdi seorang dokter yang
ditempatkan di daerah transmigrasi orang Jawa di Belitang, Martapura,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan. Sebagai dokter ia
mendapat tugas mengatasi penyakit malaria di daerah tersebut.
Ketika
proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Ibnu ikut terlibat dalam
ketentaraan, dimulai dari Jawatan Kesehatan tentara, sampai diangkat
sebagai Kepala staf Sub Komando Sumatera Selatan, hingga diangkat
sebagai Asistan IV KSAD Kool. A.H Nasution. Ia ditugaskan untuk
mengelola minyak nasional yakni Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU).
Ibnu
yang dahulunya dokter, kemudian tentara lalu menjadi seorang Kolonel
Perminyakan. Dalam usia 43 tahun pada akhir 1957 Ibnu diangkat menjadi
Direktur Utama Perusahaan Tambang Minyak RI (PTMRI) di Pangkalan Brandan
yang kemudian menjadi PT Pertamina Minyak Nasional.
Disinilah,
Ibnu begitu dekat dengan dunia politik, langsung berhubungan dengan
Presiden Soeharto dan para menteri-menteri di zaman Orde Lama.
Dekat
dengan kekuasaan, Ibnu mendapat berbagai tudingan termasuk korupsi
terbesar dalam sejarah PT Pertamina dan hingga akhirnya 'dilengserkan'
dari Dirut Pertamina oleh Presiden Soeharto pada waktu itu.
(rrd/hen)
Baca Juga :
Di Bawah Ibnu Sutowo, Pertamina Sempat Dianggap 'Negara dalam Negara'
No comments:
Post a Comment