Rista Rama Dhany - detikfinance
Jakarta - Stigma koruptor terhadap mantan Dirut PT Pertamina (Persero) Ibnu Sutowo masih melekat hingga saat ini.
Sosok Ibnu Sutowo dianggap kontroversial, ada yang menganggap dia
sangat berjasa membangun Pertamina, tapi di sisi lain ada yang
menganggap dia seorang yang bertanggung jawab terhadap carut marutnya
manajemen Pertamina di masa kepemimpinannya.
"Itu kan baru
tudingan, dan belum terbukti, kami melihatnya justru jasa Ibnu Sutowo
sangat besar bagi pertamina," kata Marlo salah satu pegawai Pertamina
kepada detikFinance, Jumat (28/12/2012).
Menurut
Marlo, tudingan tersebut terjadi di zaman pemerintahan Orde Baru yang
bisa dibilang siapa-pun tidak berani untuk berbicara ke publik. "Apalagi
itu terjadi di zaman Presiden Soeharto yang cukup banyak orang yang
tidak berani berbicara ke publik," ucapnya.
Namun secara
keseluruhan bagi Marlo, Ibnu Sutowo sangat berjasa besar bagi Pertamina,
perjuangannya mencari aset-aset Migas tidak hanya dengan membeli aset
wilayah migas tersebut, tapi juga dengan merebut dengan perperangan.
"Perjuangannya membesarkan
aset Pertamina tidak hanya dengan membeli aset perusahaan asing, tapi
juga merebut aset tersebut degan perjuangan dengan perperangan,"
tukasnya.
Namun tidak semua pegawai Pertamina kini yang mengenal
sosok Ibnu Sutowo, seperti diungkapkan Suryo salah satu pegawai
Pertamina lainnya. Suryo mengaku hanya mengetahui Ibnu Sutowo adalah
Dirut Pertamina yang pertama.
"Saya tahunya sih beliau Dirut Pertamin pertama kali, pemimpin Pertamina, cikal bakal Pertamina sebesar ini," tandas Suryo
Ibnu
Sutowo bagi pegawai Pertamina lainnya dianggap sebagai sosok yang
berani, Ibnu sosok yang tidak takut dengan Presiden Soeharto. Walaupun
ada yang menganggap Ibnu merupakan 'anak emas' Presiden Soeharto saat
itu.
"Bahkan ketika menghadiri suatu pertemuan dengan Presiden
Soeharto dimana dihadiri banyak menteri, ketika Soeharto datang semua
yang ada diruangan berdiri semua, namun hal itu tidak dilakukan seorang
Ibnu Sutowo," ungkap Vica President Comunications Corporate Pertamina,
Ali Mindakir, dalam acara Bedah Buku Ibnu Sutowo "Saatnya Saya
Bercerita" di Kantor Pusat Pertamina, Jumat (28/12/2012).
Diungkapkannya
dalam buku tersebut seorang Ibnu Sutowo juga nampak jengah ketika
perusahaan minyak asing Shell pada saat itu melarang dirinya masuk ke
lokasi wilayah kerja Shell. "Dia Jengah, sebagai anggota TNI dirinya
dilarang masuk ke lokasi wilayah Shell, padahal itu dia TNI padahal
daerah itu tanah airnya," kata Ali.
Dari situlah Ibnu Sutowo
bertekad memperjuangkan bahwa sumber daya alam Indonesia adalah hak
rakyat Indonesia. "Makna pasal 33 UUD 1945 benar-benar diterapkan Ibnu
Sutowo, dia beli aset Shell walau harus dengan utang," ucapnya.
Bahkan
berkat pemikirannya kata Ali, muncullah sistem kontrak bagi hasil (PSC)
untuk pertama kali dan hingga sampai saat ini sistem tersebut banyak
diadopsi oleh negara lain.
"Bahwa sumber daya alam adalah hak
rakyat, jika ada pihak asing atau siapapun yang ingin mengelolanya,
silakan, tapi bagian negara harus lebih besar, dan jika biaya investasi
mereka keluarkan tidak menghasilkan apapun bagi negara maka tidak akan
diganti uang mereka," ucap Ali.
(hen/dnl)
Baca Juga
1. Pertamina Kembali Mengenang Ibnu Sutowo
2. Ibnu Sutowo: Untuk Menjatuhkan Saya Paling Gampang dengan Tuduhan Korupsi
No comments:
Post a Comment