Anwar Khumaini - detikNews
Jakarta DETIK.COM- Peristiwa eksekusi mati sempat menimpa TKW Siti Zaenab 12 tahun lalu. Beruntung Zaenab, hukuman pancung dianulir langsung oleh Raja Arab Saudi karena mendapat telepon langsung dari Presiden RI saat itu, Abdurahman Wahid.
"Dulu saat Gus Dur jadi presiden, beliau melakukan high diplomacy. Bisa menyelamatkan Siti Zaenab (dari eksekusi)," kata putri Gus Dur, Yenny Wahid usai menghadiri tahlilan Ruyati didepan Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (20/6/2011) malam.
Berbeda dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), 2 hari setelah Ruyati dipenggal kepalanya, SBY masih menunggu laporan dari Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Pihak Kemenlu yang mengajukan nota protes menyalahkan pihak Kerajaan Arab Saudi yang tidak mengkomunikasikan eksekusi tersebut sehingga celah hukum tidak sempat ditempuh.
"Sementara belum ada yang bisa disampaikan, Presiden masih menunggu laporan Pak Menlu," kata Juru Bicara Presiden Bidang Dalam Negeri Julian Aldrin Pasha dalam pesan singkatnya Senin
(20/6/2011).
Sementara itu, anak Ruyati, Een Nuraini meyakini ibunya tidak bersalah. Sebab, Ruyati hanya membela diri. Dia pun meminta jenazah ibunya dibawa ke tanah air untuk dikebumikan di kampung halamannya.
"Saya merasa pemerintah lamban. Ibu saya menghadapi masalah ini sendirian. Saya tetap ingin jenazah ibu saya dipulangkan," ucap Een sambil menangis sebelum tahlilan digelar.
(Ari/ape)
No comments:
Post a Comment