Sunday, November 03, 2013
Seskab: Revitalisasi Pancasila Bisa Bersemai Bila Realitas Ekonomi Baik
Oleh : DESK INFORMASI SESKAB
Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam meyakini, revitalisasi dan internaliasai nilai-nilai Pancasila sebagaimana digaungkan oleh para peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XIX 2013 Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) RI akan bisa dilaksanakan sepanjang kondisi ekonomi juga membaik. Bila kondisi ekonomi tidak membaik, rakyat justru akan mempertanyakan relevansi revitalisasi nilai-nilai Pancasila terhadap tantangan kehidupan yang nyata.
“Jadi, revitalisasi dan memasyarakatkan nilai-nilai Pancasila bisa bersemai baik bila realitas ekonomi baik. Itu salah satu prasyarat,” kata Seskab Dipo Alam dalam akun twitternya @Dipoalam49 yang telah diunggahnya Sabtu (2/11).
Agar ekonomi bisa berkembang dengan baik, lanjut Seskab, pilar reformasi dan demokrasi, yaitu eksekutif, legislatif, yudikatif, media dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) harus saling mendorong pertumbuhan. Bukan saling sikut-sikutan atau saling tuding.
Seskab menguraikan perjalanan sejarah bangsa, ketika masa kepemimpinan Presiden Soekarno dengan Demokrasi Terpimpin, setelah 22 tahun perekonomian Indonesia kurang maju karena politisasi Nasakom. Saling sikut-sikutan sampai terjadi krisis pada 1965.
Kemudian, Soeharto yang menggantikan Soekarno tampil dengan Demokrasi Pancasila. Namun setelah 32 tahun menjabat, tahun 1998 terjadi krisis moneter Asia, ekonomi memburuk, sehingga mahasiswa dan rakyat meminta reformasi, dan dilakukannya perbaikan ekonomi.
“Itulah, bila nilai Pancasila dijajakan ke rakyat dengan cara dogmatis, jauh dari realitas, sementara ekonomi memburuk, yang muncul adalah pertanyaan apakah Pancasila bisa kasih makan?” kata Dipo Alam.
Seskab juga mencontohkan kondisi di Turki, saat ia menjabat sebagai Sekjen Development Eight (D-8) tahun 2007-2009, saat Kemal Attaturk yang sedang berkuasa dengan sangat kuat, didukung oleh kekuasaan partai dan militer yang kuat, dan mengobarkan jargon nasionalisme dan sekularisme.
“Begitu kuat nasionalisme Turki dengan sekularisme Attaturknya, digunakan sebagai mantra-mantra politik yang diusung oleh Partai CHP dalam pemilu/ Pilpres dan Pemilihan Perdana Menteri (PM), sehingga semua diatur oleh pemerintah, bahkan sampai ada Undang-Undang perempuan berjilbab tidak boleh masuk parlemen, universitas, kantor-kantor pemerintah dengan alas an sekularisme,” kata Dipo.
Tidak itu saja, tambah Dipo, atas nama nasionalisme dan sekularisme, militer Turki itu bisa intervensi politik. Bisa menjatuhkan pemerintah, dengan kudeta, menangkap dan menculik bagi yang ke-Islam-Islaman dalam berpolitik. Jadi, nilai-nilai nasionalisme dan sekularisme sudah menjadi dogma.
“Namun ketika krisis moneter terjadi tahun 1990-a, dogma yang kuat itu dapat tandingan nilai-nilai demokrasi dan ekonomi sehat,” papar Seskab Dipo Alam sembari menyebutkan, kelanjutannya adalah jendral-jendral pemimpin kudeta dan penculik itu diadili dan dijebloskan dalam penjara, dan partai-partai politik yang tadinya mengusung dogma nasionalisme dan sekularisme itu kalah dalam politik.
Kini dibawa kepemimpinan Presiden Abdullah Gul dan PM Tayyip Erdogan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), situasi di Turki berubah, mulai terjadi kemajuan ekonomi, dan perempuan berjilbab, istri petani dan pedagang juga dapat peran.
“Rakyat dan generasi mudanya melihat realitas kehidupan. Ekonomi baik, memberi kesempatan pendidikan pendidikan dan lapangan kerja. Artinya dogma-dogma itu buka jawaban,” jelas Seskab Dipo Alam.
Jangan Ada Dusta
Mengenai Indonesia Paska Reformasi, Seskab Dipo Alam mengatakan, walau banyak tantangan, secara bertahap ekonomi terus dimajukan dengan kerja keras kita semua, sehingga nilai-nilai Pancasila juga bisa berkembang.
Ia menyebutkan, nilai APBN 2014 sebesar Rp 1.842,4 triliun yang merupakan kenaikan hampir 5X lipat disbanding APBN 2004-2005 (Rp 400 triliun) patut disyukuri. Namun harus kita kawal dengan baik untuk mendorong perkembangan ekonomi, jangan sampai terjadi korupsi karena pada 2014 kita masuki tahun politik.
Seskab juga berharap, angka kemiskinan yang menurun dari 17% (2004) menjadi 11,6% (2013), diikuti turunnya pengangguran dari 10% (2004) menjadi 5,92% pada tahun ini, bisa diteruskan oleh Presiden yang akan memimpin Indonesia pada 2014 mendatang.
Adapun kenaikan pendapatan perkapita dari 1200 dollar AS (2004) menjadi 4000 dollar AS, keberhasilan Indonesia menempati peringkat ke-16 ekonmi dunia dan masuk menjadi anggota G-20 itu adalah fakta keberhasilan-keberhasilan ekonomi selama ini.
“Itu bisa terjadi karena Pancasila dapat memajukan ekonomi, memberi makan rayat, begitu pula ekonomi baik, sehingga menyuburkan arti kehidupan bermasyarakat Pancasila,” ujar Dipo Alam.
Karena itu, Sekab meminta agar pilar demokrasi, yaitu ekseutif, legislative, yudikatif, media, LSM, buruh, petani, nelayan, pemuda, mahasiswa, dan para agamawan tidak mengingkari kenyataan-kenyataan itu. “Jangan ada dustra di antara kita,” pinta Dipo Alam.
Ia mengingatkan, dusta karena bermodal saling menyalahkan, merasa benar sendiri dapat menelantarkan kemajuan ekonomi dan ideologi kita yang hidup terbuka, yakni Pancasila. (ES)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment