Wednesday, January 22, 2014
3 Ribu Relawan PPM Bantu Korban Banjir
MAMPANG (Pos Kota) – Sebanyak 3.000 relawan dari ormas Pemuda Panca Marga (PPM), dikerahkan untuk membantu penanggulangan bencana Jakarta dan beberapa daerah lain. Mereka juga akan memperbaiki sejumlah sekolah rusak akibat banjir menggunakan anggaran yang disiapkan dewan pimpinan pusat (DPP).
Hal itu disampaikan Mugaera Djohar, salah satu pimpinan DPP PPM pada acara syukuran HUT ke-33 PPM di Gedung Konvensi Depsos, Kalibata, Jaksel, Rabu (22/1). “Atas bencana yang banyak terjadi di berbagai daerah, membuat kami turut prihatin. Untuk itu, perayaan syukuran cukup sederhana saja dan setelah ini kami siap membantu masyarakat korban banjir,” kata Mugaera Djohar, selaku ketua panitia syukuran.
Sekitar 1.000 relawan, khusus dikerahkan untuk membantu korban banjir di Jakarta. “Sedangkan 2.000 personil lainnya disebar ke daerah bencana seperti Manado dan daerah di Jawa Tengah,” papar Mugaera sambil menambahkan khususnya rencana perbaikan gedung sekolah hanya untuk luar Jakarta. Menurutnya PPM di bawah kepemimpinan Ketua Umum DPP H. Lulung Lunggana terus berupaya membantu pemerintah dan masyarakat.
Organisasi yang beranggotakan puluhan ribu orang, berdiri sejak tanggal 22 Januari 1981. Acara syukuran dihadiri 1.000-an anggota, termasuk segenap petinggi, seperti Mayjen TNI (Purn) Joko Purwanto, Meyjen TNI Suharto, Ketua LVRI, dan lainnya. Acara perayaan tersebut hanya memotong nasi tumpeng dilanjutkan dengan makan bersama. “Kami sedang prihatin karena banjir, jadi acara sederhana saja yang penting khitmad,” tambah Saharudin Arsyad, Ketua DPD PPM DKI Jakarta.
Selain menggelar syukuran sederhana, kata Mugaera, mereka juga melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Dia juga mengingatkan kepada seluruh anggota nanti bulan Maret agar menghadiri rakernas sekaligus mengumumkan sikap politik PPM serta mendukung sukses pemilu agar tidak golput. “Kalau waktunya sudah dekat, nanti undangan menyusul,” kata Mugaera.
(joko/sir)
Pramono Edhie sowan ke legiun veteran di Palembang
Reporter : Randy Ferdi Firdaus | Rabu, 22 Januari 2014
Merdeka.com - Dalam rangkaian roadshow debat bernegara Konvensi Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo menyempatkan diri berkunjung ke kediaman legiun veteran di Palembang, Sumatera Selatan, H.A Zawawi Tjik Molek. Zawawi adalah mantan pejuang 1945 yang berjuang melawan tentara Belanda di Palembang.
Pramono Edhie disambut langsung oleh Zawawi dan keluarga besarnya dirumah yang tampak sederhana di bilangan, Jalan Radial Ilir Barat, kompleks para veteran. Kini, Zawawi berusia 85 tahun, meski menggunakan tongkat dan alat bantu pendengaran, secara fisik Zawawi masih terlihat bugar.
"Terima kasih atas kedatangan bapak, inilah keadaan kita pak. Pendengaran kurang, berjalan sudah kurang mampu," kata anak Zawawi yang menyambut kedatangan Pramono Edhie di kediamannya, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (22/1).
Dengan terbata-bata, Zawawi pun mencoba mengisahkan soal peperangannya pada tahun 1945 dalam mengusir tentara Belanda dari Palembang. Kala itu, kata dia, dirinya tergabung bersama Emir Salim, tentara pelajar yang juga mantan Menteri lingkungan hidup era Soeharto.
"Tentara pelajar perang 5 hari 5 malam. (Bersama) Pak Emir Salim, banyak yang sudah meninggal (satu angkatan)," kata Zawawi.
Mendengar cerita tersebut, Pramono Edhie pun juga menceritakan, bahwa perjuangan Zawawi dulu juga bersama ayahnya Sarwo Edhie. Namun, ayahnya sudah terlebih dahulu meninggal.
"Ayah saya sudah meninggal, ibu saya masih usia 84 tahun sekarang," kata Pramono Edhie.
Dengan bercanda, Pramono Edhie pun melontarkan pertanyaan, mengapa pangkat Sersan yang tersemat di Zawawi tak kunjung naik sampai sekarang. Pertanyaan ini pun disambut tawa oleh Zawawi.
"Pangkatnya kok enggak naik-naik? Tetap sersan," tanya adik Ipar SBY ini.
"Banyak yang ketawa, karena saya sampai saat ini pangkatnya masih sersan," jawab dia.
Pertemuan ini pun berlangsung hangat dan dihadiri juga oleh keluarga besar Zawawi yang punya 8 anak ini. Sembari lesehan, mereka pun ngobrol santai dan makan bersama di rumah yang sederhana.
[did]
Wednesday, January 15, 2014
Erupsi Sinabung diharapkan sebagai bencana nasional
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah pusat diminta menetapkan letusan atau erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara, sebagai bencana nasional karena dalam beberapa hari terakhir semakin sering terjadi letusan, dengan dampak yang semakin meluas dan berbahaya.
"Jumlah pengungsi pun semakin bertambah dan korban tewas akibat bencana alam ini juga telah berjatuhan," kata mantan Wakil Bendahara KNPI Sumatera Utara, Ir. Erick Sitompul, MH, dalam keterangan tertulisnya, Rabu.
Erick mengatakan kejadian ini sudah berkembang menjadi bencana dengan skala yang besar dan dengan dampak yang sangat luas. "Pemerintah pusat harus turun tangan dan cepat tanggap. Jangan sampai terulang cerita sedih seperti saat bencana Gunung Merapi di Yogyakarta tahun lalu,” kata Erick yang juga calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Abu vukanik dan awan panas yang ditimbulkan dari erupsi berkepanjangan Gunung Sinabung, menurut Erick Sitompul, benar-benar telah berdampak distruktif dan berbahaya bagi warga masyarakat di sekitarnya.
“Sejumlah desa di beberapa kabupaten di sekitarnya, seperti Kabupaten Langkat, Kota Binjai, Kota Medan hingga ke Kabupaten Deli Serdang saat ini benar-benar dalam kondisi yang menyedihkan. Masyarakat di beberapa wilayah yang terkena bencana saat ini seolah kehilangan daya, tidak tahu harus berbuat apa. Mereka kehilangan pekerjaan dan pendapatan,” katanya.
Ribuan hektar areal pertanian di semua desa di daerah-daerah tersebut praktis rusak berat. Warganya tak lagi bisa bercocok tanaman satur-mayur, buah-buahan dan tanaman pangan lainnya. "Panen sudah tidak mungkin. Semua hancur," katanya.
"Dengan penetapan status menjadi Bencana Nasional, maka Pemerintah Pusat harus mengambil alih penanggulangan dampak bencana tersebut, karena Pemprov Sumut dan Pemda Tanah Karo sudah sangat kewalahan menganggulanginya," kata Erick
Pemerintah Pusat melalui kordinasi BNPB dapat mengerahkan semua sumber daya nasional baik dari TNI, instansi pemerintah terkait, LSM lingkungan dan seluruh pihak swasta nasional untuk bekerja sama membantu ke Kabupaten Tanah Karo, ucapnya.
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © 2014
Monday, January 13, 2014
LMP dan PPM Ancam Demo Bea Cukai
Laporan wartawan Bangkapos, Ryan A Prakasa
BANGKAPOS.COM,BANGKA--Rencana kegiatan pengiriman (ekspor) barang tambang berupa elminit sebanyak 1.750 ton ke negara oleh PT Famindo Bumi Khatulistiwa Mining (FBKM) melalui pelabuhan Pangkal Balam kota Pangkalpinang sejak awal diakui pengurus Markas Daerah Pemuda Panca Marga provinsi kepulauan Bangka Belitung (PPM Babel) memang terlihat rancu atau disinyalir kuat dugaan kegiatan ekspor itu bermasalah.
"Ya bisa kita saksikan bagaimana kondisi di lapangan seperti apa. Barang sudah dimuat ke dalam kapal. Sementara kelengkapan persyaratan dokumen lainnya belum dapat dipenuhi oleh pihak perusahaan. Nah itu kan sudah menunjukkan ada indikasi kecurangan prosedur," kata Rikky Fermana kepada bangkapos.com, Sabtu (11/1/2014) saat meninjau ke lokasi pelabuhan Pangkal Balam bersama belasan anggota PPM dan anggota ormas Laskar Merah Putih (LMP) Babel lainnya.
Tak cuma itu, Rikky mensinyalir kuat dugaan lainnya proses kegiatan pengiriman sejumlah barang tambang ke negara Cina oleh PT FBKM tersebut bermasalah, bahkan ia menduga ada oknum aparat/intansi terkait coba-coba untuk 'bermain'. Apalagi Ditjend Bea & Cukai selaku pihak terkait justru terkesan 'tutup mata' atas kegiatan ekspor barang tambang yang dinilainya bermasalah.
"Jadi kasus pengiriman barang tambang ini terus kita pantau. Nah jika ditemukan adanya pelanggaran atau kita duga kuat adanya percobaan penyelundupan maka yang pertama kita demo yakni pihak Bea Cukai setempat," tegas Rikky.
Baca Juga
Bea Cukai Belum Berikan Jawaban
Penulis: ryan augusta
Editor: edwardi
Sumber: bangkapos.com
Friday, January 03, 2014
Iptu Dedi Supriatna Tak Pernah Ambil Gaji, Rela Jadi Pengepul Rongsokan
JPNN.COM
Sisi Lain Kapolsek Bojonggenteng, Iptu Dedi Supriatna
Tak Pernah Ambil Gaji, Rela Jadi Pengepul Rongsokan Demi Naik Haji
SELAMA dua tahun bertugas sebagai Kapolsek Bojonggenteng, Iptu Dedi Supriatna tidak pernah mengambil gajinya sebesar Rp 5,6 juta/bulan itu.
Justru ia lebih memilih menjadi supir pengangkut daging kerbau hingga menjadi pengepul barang rongsokan untuk menutupi kebutuhan hidup keluarganya. Usaha ini dilakukan karena Dedi berniat kelak bersama istrinya agar bisa naik haji.
-------------
PERLI RIZAL, SUKABUMI
------------
Terlihat raut wajah yang biasa saja bak seorang petani atau bahkan memang seorang pengepul rongsokan. Dengan mengenakan celana sontok dan kaos putih, perwira berpangkat dua balok emas di pundaknya itu tak terlihat sebagai seorang polisi.
Dengan obsesinya agar bisa naik haji, Dedi tak merasa minder bergaul dengan barang-barang bekas yang dikumpulkannya.
Tak jauh dari kantornya ia bekerja, terlihat tumpukan botol-botol bekas. Mulai bahan plastik, kaleng dan kardus ia kumpulkan di atas mobil bak terbuka dari para pemulung dan pengelola Gedung Olah Raga (GOR) di wilayahnya. Diantaranya, botol bekas dari aqua, dua tang, total, pocari sweat dan sejenisnya.
Rupanya, usaha yang ia kembangkan itu untuk menghadapi masa pensiunnya yang kurang dari satu bulan lagi.
"Saya harus mempersiapkan masa pensiun saya. Karena di sini ada peluang untuk mengumpulkan barang bekas, kenapa tidak saya jadi pengepul. Karena menjadi seorang pengepul tidak akan menurunkan martabat atau pangkat dan jabatan saya sebagai kapolsek. Yang penting tugas saya sebagai anggota polri bisa dilaksanakan dan tidak keluar dari koridor atau ketentuan yang berlaku," kata pria kelahiran Bandung, 4 Januari 1956, itu dengan wajah optimis.
Usaha menjadi pengepulnya itu ia lakoni berawal dari hobinya sebagai pebulutangkis. Melihat botol-botol bekas berserakan, selepas berolahraga ia pun berkomunikasi dengan pengelola GOR agar botol tersebut dikumpulkan dan dijanjikan akan dibelinya.
Tidak muluk-muluk, botol-botol yang dikumpulkan itu ia bayar seharga Rp 3 ribu/kilogram. Dedi pun menjualnya ke bandar rongsokan dengan harga rp 5 ribu/kilo gram. Untuk mendapatkan laba Rp 2 ribu/kilo gram, Dedi harus memilah-milah dulu barang-barang tersebut. Bahkan, untuk kaleng pocari sweat, ia gepengkan terlebih dahulu agar menjadi padat.
Meski menjadi pengepul rongsokan, Dedi selalu mengutamakan kerjaannya sebagai Kapolsek Bojonggenteng. Terlebih, kultur masyarakan Bojonggenteng sangat dominan dengan organisasi masyarakat (ormas). Jika tidak paham dan minim kepedulian terhadap ormas-ormas itu, jelas akan menjadi bulan-bulanan petugas pengamanan.
"Menjadi Kapolsek dimana pun terlebih di Bojonggenteng harus bisa memahami dan jangan pernah membeda-bedakan masyarakat. Harus dekat dengan tokoh masyarakat dan harus rajin berkomunikasi dengan masyarakat," imbuhnya.
Meski bukan keturunan pengusaha, putra kedua Pembina Akabri Sukabumi Almarhum Iptu Sukimin itu juga pernah menjadi sopir pengangkut daging kerbau.
Sejak 2003 hingga 2008 silam, saat bertugas sebagai Koordinator Binmas Polsek Cicurug ia kerap menjadi sopir pengangkut daging kerau dari Bojongkokosan. Upahnya pun dibayar perekor, Rp 75 ribu/ekor kala itu. ia mengangkut hingga ke Pasar Cucurug, Pasar Bogor dan Pasar Cilueur.
"Saya mengirimkan daging di malam hari, agar tidak menganggu tugas saya sebagai polisi. Sekarang pun kerjaan ini (pengepul barang bekas) banyak saya lakukan di malam hari. Sedangkan untuk siang saya lakukan kalau memang waktunya senggang dan tidak ada tugas ke mana-mana," tambahnya.
Bukan dari pemulung saja barang itu ia dapatkan, dari Pabrik Total pun bapak dari anggota Polresta Bogor, Brigadir Fenita itu mendapatkan giliran menjadi pembeli. Ia juga berharap, di kala pensiun nanti, tidak ada beban dan utang kepada orang lain.
Mobil bak terbuka grand max miliknya itu sudah lunas dicicil termasuk hasil dari menjual barang bekas itu. Bahkan, jika tugasnya selesai nanti, ia berharap ada ide lain yang menghampirinya.
"Mungkin membuat kerajinan dari barang bekas itu. Tapi lihat saja nanti. Sekarang saya nikmati saja usaha sampingan saya sebagai pengepul barang bekas. Daripada memeras atau merugikan orang lebih baik berdikari mencari uang halal. Meski hanya Rp 200 ribu-400 ribu/minggu setiap kali kirim, tetapi hasilnya halal dan berkah," ucapnya.
Bahkan, dari hasil menjual rongsokan itu, ia berikan kepada istrinya untuk mengantikan gaji pokok yang tidak diambilnya selama menjadi Kapolsek. Masih di tahun 2013 lalu, Dedi dan istinya baru saja pulang dari tanah suci Makkah untuk ibadah umroh.
Dari kegiatannya itu, ada pengusaha Palet Mujahid dan putranya, Masbing, yang keduanya sudah haji melirik kegigihan sang kapolsek untuk tetap berkarya di sela-sela menjalankan tugasnya. Niatnya untuk berakat ibadah haji pun sudah didaftarkannya. Hanya saja, pendaftarannya itu belum lunas alias masih punya utang.(*)
Subscribe to:
Posts (Atom)