Friday, December 26, 2014
Kisah dramatis & lucu Kopassus sergap musuh di belantara Jabar
Reporter : Ramadhian Fadillah
Merdeka.com - Usianya sudah 85 tahun, namun tubuhnya masih tegap. Di dada kiri seragam hijaunya, masih tersemat wing terjun dan brevet komando. Pria itu bernama Supardi. Seorang pensiunan letnan TNI yang kenyang dengan bau mesiu di medan tempur.
"Saya Letkol, bukan letnan kolonel tapi letnan kolot," canda Supardi saat berbincang dengan merdeka.com, di sela-sela kegiatan Bogor Membara: 1945! yang digelar Bogor Historical Community di Museum Perdjoangan Bogor, Kamis (25/12).
Letnan kolot dalam bahasa Sunda artinya letnan tapi tua. Sebutan untuk mereka yang pensiun dengan pangkat letnan.
Supardi dulu masuk generasi awal pasukan khusus TNI AD. Dulu namanya masih Korps Komando Angkatan Darat (KKAD). Kini pasukan inilah yang dikenal sebagai Kopassus.
KKAD dibentuk atas prakarsa Panglima Teritorium Siliwangi Kolonel Alex Kawilarang. Tahun 1953 pasukan TNI di Jawa Barat kesulitan menghadapi perlawanan gerilya Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Gerilyawan DI/TII sangat ahli bergerak di belantara hutan Jawa Barat. Pasukan reguler TNI kesulitan mengejar mereka. Karena itu Kawilarang menilai perlu ada pasukan khusus yang mampu bergerak dalam unit-unit kecil. Bisa menusuk jauh ke daerah pertahanan lawan dan bertempur dengan efektif terus menerus.
Latihan KKAD digelar di Batujajar dan Situ Lembang, Bandung Utara. begitu lulus komando, pasukan baru ini diterjunkan memburu DI/TII di Garut dan Tasikmalaya. Namanya pasukan khusus, penyergapan pun lain dengan pasukan reguler.
"Dulu pasukan bergerak pelan-pelan dalam hutan. Ranting atau daun yang diinjak dirapikan kembali, sehingga tak ada bekas pernah dilalui. Pengintaian pun dilakukan dari jarak dekat," kenang Supardi.
Dalam sebuah penyergapan, pasukan baret merah ini pernah bersembunyi dekat sekali dengan musuh. Hebatnya, kehadiran mereka sama sekali tak dirasakan patroli DI/TII.
"Jaraknya paling hanya lima meter. Saking dekatnya kita bisa rasakan sepatu-sepatu musuh itu seolah hampir menginjak kita yang tiarap. Kita tunggu seluruh patroli musuh melintas, baru disergap dari belakang," jelasnya.
Ada cerita unik dari misi penyergapan lain. Saat itu para anggota DI/TII sedang menggelar acara kenduri di markas yang terletak di tepi hutan. Mereka menyembelih kerbau dan membuat sate. Pasukan KKAD yang mengintai dari jarak dekat menunggu sampai sate matang. Setelah tercium aroma sate dan melihat musuh tak siap, mereka langsung merangsek maju.
"Langsung kita maju, kita todong. Angkat tangan semua! Mereka menyerah tanpa perlawanan. Kita makan satenya. Pasukan DI/TII yang ditahan melihat kita dengan pandangan kesal karena satenya dimakan. Kita balas pelototi, apa lihat-lihat, " kata Supardi.
Selain operasi militer, pendekatan teritorial pun dilakukan TNI. Mereka mengimbau agar sisa-sisa pasukan DI/TII yang masih bertahan segera menyerah. Kunci menghadapi gerilyawan adalah mengambil hati rakyat.
Sunday, December 21, 2014
Sunday, December 14, 2014
Pakai Seragam PPM, Panahatan Dikeroyok
Laporan Wartawan Tribun Batam, Zabur Anjasfianto
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Panahatan Simanjuntak (20), babak belur dihajar tiga orang tak dikenal. Insiden ini hanya gara-gara mengenakan pakaian seragam PPM di perumahaan MKGR, Batu Aji, Batam, pukul 05.00 WIB dinihari, Minggu (14/12/2014).
Tidak terima atas pengeroyokan itu, Panahatan Simanjuntak yang ditemani Evi Sanjaya dan Nazara, rekan sesama anggota PPM, langsung melaporkan ke Polsek Batu Aji.
Evi Sanjaya salah satu rekan Panahatan Simanjuntak mengatakan kalau temannya itu dikeroyok pelaku yang sedang nongkrong sambil minum di warung pinggir jalan.
Saat itu Panahatan ditunjuk warga untuk melakukan patroli geng motor yang selama ini menganggu ketentraman masyarakat.
Namun, karena sudah larut malam dan tempat kosnya sudah tutup atau tidak ada yang membuka pintu. Panahatan pun memilih datang ke rumah temannya.
Saat sedang jalan menggunakan motor itu, langsung diejek tiga orang pelaku tersebut. Bahkan, pelaku sempat mengatakan jangan sok dan banyak gaya mengenakan seragam PPM.
Pelaku menyebutkan seragam tersebut tak ada gunanya. Mendengar ejekan itu Panahatan, mencoba kendalikan emosinya dan tidak mau terpancing.
Karena tidak tahan terus di ejek-ejek, Panahatan pun langsung keluar dari tempat kos temannya.
"Dia (Panahatan), awalnya patroli mengamankan agar tidak ada geng motor. Setelah selesai, Panahatan nginap di rumah temannya."
"Saat baru masuk komplek ruli itu. Pelaku langsung mengejek Panahatan yang nongkrong sambil main gitar itu," kata Evi saat mendampingi Panahatan di periksa polisi.
Thursday, December 11, 2014
Bangkai Kapal Selam Nazi Jerman Ditemukan di Laut Jawa
Reporter : Eko | Kamis, 11 Desember 2014
Dream - Pasukan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut menemukan bangkai kapal selam milik Nazi Jerman di Laut Jawa. Kapal selam berjenis Unterseeboot atau U-Boat itu hadir di Indonesia untuk membantu Jepang yang pernah Tanah Air pada Perang Dunia II.
Menurut Mayor Yudo Ponco, kapal selam itu berada di perairan Karimun Jawa. Tim Kopaska telah melakukan penjelajahan dan penyelaman di lokasi bangkai kapal yang terletak di utara Karimun itu pada 30 Mei 2014.
“Panjang bangkai kapal hanya tersisa 30 meter di kedalaman 25 meter Laut Jawa,” ujar Yudo di Kantor Kementerian Koordinator Maritim, Jakarta Pusat, Kamis 11 Desember 2014.
Kapal itu memang hanya tinggal separuh saja. Sebab, banyak bagian bangkai kapal itu telah dicuri. Selain badan kapal, Tim ekspedisi juga menemukan banyak botol yang diduga sebagai tempat wine, parfum, dan botol sake.
Yudo mengatakan, kapal selam tersebut beroperasi di Indonesia karena dimintai oleh Jepang untuk membantu menghadapi pasukan Sekutu pada Desember 1942. Diduga, riwayat kapal itu tamat karena ditorpedo oleh pasukan Sekutu.
“U-Boat memang ada di Jakarta, Surabaya, dan Penang. Yang meminta adalah Jepang sebagai sekutu,” ungkap Yudo di hadapan Menteri Koordinator Kemaritiman, Indroyono Soesilo.
Dia menambahkan, kapal pertama yang diberikan Jerman kepada Jepang adalah U-511. Sementara U-168 diarahkan ke Surabaya saat perjalanan terakhirnya. Namun belum dapat dipastikan apakah bangkai yang ditemukan itu merupakan U-168.
“Cuma temuan dari logo di piring segala macam mengarah ke U-168 karena ada tulisan logo Jerman tahun 1938,” tutur Yudo.
U-Boat merupakan kapal selam andalan angkatan laut Hitler. Kapal selam ini menebar teror di Samudera Atlantik. Puluhan kapal dagang dan kapal perang Sekutu telah banyak ditenggelamkan oleh kapal selam ini.
Sementara, tim dari Pusat Arkeologi Nasional sudah melakukan penelitian terkait penemuan ini pada 4 November lalu dengan melibatkan 15 peneliti serta penyelam dari Yogyakarta. Kini sejumlah barang yang ditemukan telah diangkat untuk diteliti di Kantor Pusat Arkeologi Nasional. Sementara bangkai kapal tetap dibiarkan di tempat semula.
“Baru pertama ini kita menemukan reruntuhan kapal selam Jerman. Kalau kapal perang sisa perang dunia II sudah sering, tapi kapal selam apalagi jenis U-Boat baru kali ini,” kata Ketua Tim Peneliti Pusat Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo. (Sumber: Merdeka.com)
Tuesday, December 09, 2014
Pemerintah tetapkan 19 Desember sebagai Hari Bela Negara
Merdeka.com - Kementerian Pertahanan Indonesia bakal mencanangkan Gerakan Bela Negara secara nasional. Hal ini berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara.
Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemhan Timbul Siahan mengatakan pihaknya akan menetapkan Hari Bela Negara pada 19 Desember 2014.
"Upacara peringatan Hari Bela Negara di tingkat pusat rencananya diselenggarakan di Lapangan Silang Monas Jakarta dan langsung dihadiri oleh Presiden Joko Widodo yang sekaligus bertindak selaku inspektur Upacara," kata Dirjen Potensi Pertahanan Timbul Siahan saat Konferensi Pers 'Pencanangan Gerakan Nasional Bela Negara' di Kemenhan, Jakarta, Selasa (9/12).
Menurut Timbul, peringatan bela negara yang akan diselenggarakan oleh pemerintah untuk mengenang berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada 19 Desember 1958 di Sumatera Barat.
"Peringatan Hari Bela Negara tahun 2014 ini sudah diawali sejak bulan November dengan mengadakan kegiatan donor darah di tingkat pusat. Sedangkan di daerah dilaksanakan 9 Desember 2014," ujarnya.
Dia juga berharap dalam upacara peringatan Hari Bela Negara bisa mendapatkan penghargaan museum rekor Indonesia lantaran adanya pengibaran bendera Merah Putih sebesar 2.250 meter kubik.
"Akan digelar juga Gebyar Tarian Nusantara dari anggota Pramuka DKI Jakarta sebanyak 500 orang, terjun payung dan Paramotor," jelasnya.
[ian]
Saturday, December 06, 2014
Kapten Hendra Kho, Masuk TNI Terinspirasi Kakek
Tionghoa dan Militer Indonesia
Sudrajat - detikNews
Jakarta - Dengan kulit kuning mulus, wajah tampan, mata sipit, dan tinggi badan 180 senti meter, Hendra Kho sebetulnya layak menjadi aktor laga seperti Willy Dozan atau Andy Lau. Tapi dunia militer justru lebih menggoda batinnya. Selepas meraih gelar sarjana hukum dari Universitas Trisakti, 2007, ia pun melamar ke TNI Angkatan Udara.
“Sejak kecil saya memang kepingin jadi tentara. Mungkin saya kepengaruh kakek, Kho Bak Tjoa, yang menjadi pejuang '45 di Riau. Beliau dapet Bintang Gerilya dari Presiden,” kata Hendra kepada Detik di sela-sela acara bedah buku 'Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran' karya Iwan Santosa di Gedung Joang 45, Kamis (4/12) petang.
Hendra yang kini ia bertugas di Bravo 90 TNI-AU, Bogor, berharap generasi muda Tionghoa di Indonesia tak sungkan masuk TNI. Dirinya telah membuktikan selama tujuh tahun berkarir tak pernah merasa ada sikap dan perlakuan diskriminatif dari teman-teman maupun atasannya. Hendra juga menepis anggapan bahwa keturunan Tionghoa yang menjadi anggota TNI pangkatnya akan mentok di Kolonel.
“Itu mitos, ada kok yang bisa jadi jenderal. Di TNI itu yang dihitung kompetensi, dedikasi, dan loyalitasnya. Bukan asal-usul etnis atau kesukuannya,” kata putra dari Djoni Kho dan Tjoa Ngang Heng itu.
Ia berharap, para orang tua agar memberikan dukungan penuh bila ada anak-anaknya yang bercita-cita ingin menjadi militer. “Ke depan, kalau kita mau mengabdi tak cuma di bidang ekonomi dan politik. Dunia militer terbuka lebar kok,” cetusnya.
Dari 256 orang lulusan perwira, Hendra tercatat menduduki peringkat ke-32. Dari 72 siswa matra udara, dia berada di urutan ketujuh dari 10 siswa terbaik.
Selanjutnya, Hendra ditempatkan di Korps Pasukan Khas (Pasukan Komando) TNI Angkatan Udara.
Hendra pernah mendapat anugerah tiga tanda jasa, yakni Dharma Nusa, Wira Dharma, serta Wira Nusa. Sebelum di Bravo 90, dia pernah menjabat Kepala Hukum Pusat Pendidikan dan Latihan Paskhas TNI AU di Bandung. Sejak Oktober tahun lalu, dia meraih pangkat kapten.
Subscribe to:
Posts (Atom)