Saturday, November 22, 2014
22-11-1963: Misteri Kematian Presiden AS John F Kennedy
By Elin Yunita Kristanti
Liputan6.com, Dallas - John F Kennedy tak pernah menyangka, Jumat 22 November 1963 pukul 12.30 waktu Dallas, Texas akan menjadi saat terakhirnya. Dari mobil kap terbuka yang membawanya, Presiden Amerika Serikat itu sibuk melambaikan tangannya, tersenyum lebar ke arah warga yang berkerumun menyambutnya. Sesekali ia mengelap keringat yang mengucur di dahi.
Lalu terjadilah tragedi itu. Tiga peluru -- ada yang bilang 4 -- menerjang tenggorokan dan kepala Kennedy. Yang pertama mengenai bagian tenggorokan. Jackie Kennedy sontak panik. "Jack, Jack apa telah mereka lakukan padamu," desak dia.
Kemudian, dua tembakan menyusul. Mengenai bagian kepala. Memecahkannya. Jackie lalu memanjat bagian belakang mobil untuk mengumpulkan pecahan tengkorak suaminya itu.
Warga yang berkumpul di sekitar mobil kap terbuka yang membawa rombongan VVIP langsung tiarap dan berteriak saat mendengar suara tembakan. Lainnya berlari mengejar kendaraan Kennedy, mencari tahu apa yang terjadi.
Seorang agen dinas rahasia AS (Secret Service), Clint Hill yang bertugas melindungi Sang Ibu Negara menceritakan saat-saat mengerikan setelah insiden pembunuhan terjadi.
Saat itu ia mengaku berniat menjadikan tubuhnya sebagai perisai hidup Kennedy, dengan memanjat bagian belakang mobil. Namun terlambat, pecahan tengkorak Sang Presiden mengenai kemejanya.
Saat ia bergerak ke arah Jackie Kennedy, ia melihat reaksi perempuan itu. "Matanya dipenuhi teror," ungkap dia, seperti dimuat Daily Mail. "Ia berusaha menggapai sesuatu. Berusaha meraih bagian tubuh presiden yang tercecer."
Presiden Kennedy yang bersimbah darah dilarikan ke Parkland Hospital. Di mana para dokter berusaha sekuat tenaga menyelamatkannya di sebuah kamar operasi unit gawat darurat (UGD). Namun, terlambat.
Hill masih ingat, mata Nyonya Kennedy yang kosong, tak ada cahaya di sana. Terutama ketika dokter menghampiri mereka, dengan raut muka penyesalan.
Jackie kemudian berlari ke tubuh suaminya yang sudah tak bernyawa. Setelah itu Ibu Negara tersebut memotong rambut suaminya dengan penuh cinta, memakai gunting yang dibawa agen rahasia. Gunting itu kemudian berlumuran darah.
Tuesday, November 11, 2014
Dibuatkan Tugu Patungnya, Ayah Menhan Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Elza Astari Retaduari - detikNews
Jakarta - Ayah Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Mayjen (Purn) Musanif Ryacudu diabadikan sosoknya di tanah kelahirannya di Way Kanan, Lampung. Patung monumen Mayjen Ryacudu yang tinggi berdiri dibangun dan berdiri kokoh tak jauh dari kompleks Pemkab.
Masyarakat Sumsel dan Lampung sangat menghormati Mayjen Ryacudu yang merupakan pejuang kemerdekaan. Ia lahir di Mesir Ilir Bahuga, Way Kanan pada 28 Februari 1924 dan wafat pada tahun 1987 serta dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
"Kami atas nama Pemkab dan masyarakat Way Kanan mengusulkan Mayjen TNI Anumerta Musanif Ryacudu bukan hanya menjadi pahlawan daerah tapi juga pantas mendapat penghargaan menjadi Pahlawan Nasional," ujar Bupati Way Kanan Bustami Zainudin dalam acara Napak Tilas Mayjen Ryacudu di kompleks Pemkab Way Kanan, Minggu (9/11/2014).
Permintaan tersebut menurut Bustami dilakukan karena semasa hidupnya, Mayjen Ryacudu telah memimpin dan berperang membela bangsa dan negara dengan melakukan tindakan kepahlawanan. Ryacudu disebut menghasilkan prestasi karya yang luar biasa bagi kemerdekaan, pembangunan serta kemajuan bangsa dan negara.
Ryamizard sendiri mengaku tidak mengetahui perihal pembuatan patung sosok ayahnya. Ia pun mengaku tidak ikut-ikut terkait permintaan masyarakat daerah yang menginginkan ayahnya dijadikan sebagai Pahlawan Nasional.
"Saya enggak ikut-ikut, keluarga tidak pernah ikut-ikut. Yang dibuat ada monumen bapak saya, itu saya juga tidak tahu, tidak ngurus. (Tahu-tahu) sudah ada. Semuanya adalah Pemda dan orang sana karena dulu di Lampung kan yang terkenal cuma 2, satu Pak Alamsyah, satu bapak saya," kata Ryamizard di Wisma Kemhan di Jl Bali, Bandung, Minggu (9/11/2014) malam.
Meski ayahnya saat berperang lebih banyak bergerilya di luar Sumsel, warga setempat menurut Ryamizard tak asing dengan sosok Mayjen Ryacudu. Menurut Mantan KSAD itu, ayahnya dijadikan ikon putera daerah
"Dia orang sana. Jadi tahu semua, Bapak saya dijadikan ikon lah. Jalan jembatan Ampera saja nama Bapak saya, itu sudah belasan tahun lalu, Jalan Musafi Ryacudu sudah sejak tahun 1990, sejak dulu, saat saya belum jadi apa-apa. Nama Ryacudu dijadikan nama RS, sudah lama," jelas Ryamizard.
"Mereka juga rindu. Di daerahnya harus ada ikon-nya, dibuatlah itu. Kebetulan saja saya jadi KSAD, jadi Menhan, enggak ada hubungannya sebetulnya," imbuhnya.
Mayjen Ryacudu merupakan pejuang kemerdekaan yang membantu operasi pembebasan Irian Barat. Ia mempertahankan kemederdekaan dari Agresi Militer Belanda di berbagai daerah dan sering keluar masuk hutan karena dikejar dan mengejar kolonial Belanda.
Bahkan Ryacudu sempat hampir terbunuh dalam usahanya menumpas penjajahan saat tertembak oleh Belanda di bagian paru-parunya. Perwira Tinggi Sepri KSAD pada tahun 1970 itu pun turut serta dalam operasi Penumpasan DI/TII, penumpaan PRIII/Permesta dan saat diterjunkan di Kalimantan, ia turun pada Operasi Dwikora saat Presiden Soekarno memutuskan perang melawan Malaysia.
Monday, November 10, 2014
Veteran Perang di Papua minta bantuan raskin ke pemerintah
Minim perhatian, ratusan legiun veteran di Semarang hidup miskin
Merdeka.com - Momentum peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada hari ini, Senin (10/11), tidak banyak dirayakan oleh para pejuang veteran di Semarang, Jawa Tengah. Sebab, perhatian dari pemerintah yang terbilang sangat minim, membuat hidup mereka serba pas-pasan.
Ketua Legiun Veteran di Semarang, Suhartono, mengatakan, organisasinya selama ini mencatat ada hampir 1.000 orang pejuang veteran tinggal di Semarang. Namun sayangnya, dari jumlah sebanyak itu hanya sekitar 600 orang masih hidup. Sedangkan, sisanya telah meninggal dunia.
"Tapi, rata-rata mereka hidupnya pas-pasan dan berada dalam golongan masyarakat menengah ke bawah. Hanya satu hingga dua orang saja hidupnya layak," ujar Suhartono, kepada wartawan, di Semarang Jawa Tengah.
Saking miskinnya, tak sedikit pejuang veteran yang memilih menumpang di rumah sanak saudara. "Jumlahnya bisa dihitung dengan jari pejuang yang bisa hidup layak. Karena sekarang, mayoritas hidupnya menjadi satu di rumah saudaranya," imbuh Suhartono.
Lebih lanjut, Suhartono mengungkapkan, rata-rata legiun veteran yang ada di Ibu Kota Jateng pada zaman kemerdekaan, sempat membantu Indonesia saat perang Trikora di Irian Jaya (sekarang bernama Papua). Tak hanya itu saja, sebagian pejuang lainnya juga dikirim untuk membantu Indonesia dalam perang Dwikora ketika berkonfrontasi dengan Malaysia.
"Tapi, perhatian pemerintah pusat buat mereka sangat minim. Setiap pejuang yang meninggal dunia hanya diberikan tanda jasa dan sedikit uang," katanya.
Pemerintah, hanya menancapkan bambu runcing dengan bendera merah putih di setiap makam legiun veteran yang wafat. Bila bintang jasanya tinggi, maka pejuang bisa dimakamkan di taman makam pahlawan (TMP). Namun, jika jasanya hanya dianggap biasa saja, maka jenazah pejuang hanya dimakamkan di tempat pemakaman umum.
Suhartono berharap, pemerintah era Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla ke depan bisa memberikan perhatian lebih kepada legiun veteran yang hidupnya pas-pasan.
[hhw]
FOLLOW
Friday, November 07, 2014
Sukarni Kartowirjo, Sosok Penting di Balik Sejarah Teks Proklamasi RI
Hardani Triyoga - detikNews
Jakarta - Sukarni Kartodiwirjo menjadi salah seorang tokoh pejuang dari Jawa Timur yang mendapat penghargaan gelar pahlawan nasional dari Presiden Joko Widodo. Pria kelahiran Blitar ini punya peran penting di balik sejarah proses pembacaan teks proklamasi kemerdekaan RI.
Saat prosesnya, Sukarni adalah sosok yang mewakili kelompok muda agar pasangan Soekarno-Hatta secepatnya memproklamasikan kemerdekaan negara pada 17 Agustus 1945. Dia tidak menginginkan pasangan itu terlalu berpikir lama menyatakan kemerdekaan negara. Sejarah ini yang membuat kelompok pemuda harus melakukan ‘penculikan’ terhadap kedua pemimpin itu ke Rengasdengklok, Jawa Barat.
Sosoknya sejak kecil digambarkan sebagai orang yang membenci Belanda. Lahir di Blitar, Jawa Timur, 14 Juli 1916, Sukarni punya catatan gemar berkelahi dengan anak-anak Belanda. Hal ini dilakukannya hampir setiap hari. Pola pikir membenci Belanda ini karena tertanam oleh gurunya yang juga tokoh pergerakan Indonesia saat itu, Mohammad Anwar.
Dengan pola pikir yang tertanam seperti itu, tidak mengherankan kalau Sukarni kelak menjadi remaja kritis dan punya nasionalisme yan tinggi. Saat usia 14 tahun, dia sudah bergabung dengan organisasi perhimpunan Indonesia Muda. Sejak itulah, sikap pejuang, kritis, dan tanpa kompromi semakin muncul. Sampai ketika Sukarni didaulat menjadi Keetua Pengurus Besar Indonesia Muda. Saat itu Sukarni baru berusia 20 tahun
Menjadi pimpinan kumpulan anak muda yang kritis, Sukarni menjadi incaran pemerintahan kolonial Belanda untuk ditangkap. Namun, dalam usaha penangkapan itu, dia berhasil melarikan diri hingga beberapa tahun ke depan. Tapi, beberapa tahun kemudian Sukarni tertangkap di Balikpapan, Kalimantan Timur. Begitu Jepang coba mengambil alih Indonesia, Sukarni dan beberapa temannya malah dibebaskan. Di era jajahan Jepang, Sukarni sempat bekerja di kantor berita Antara.
Kemudian, takdir juga mempertemukan Sukarni dengan Tan Malaka di masa jajahan Jepang. Sosok Tan Malaka ini yang membuatnya semakin berevolusioner terhadap perjuangan bangsa. Pertemuan ini juga menjadi cikal awal berdirinya Partai Murba. Sukarni juga didaulat menjadi Ketua Umum.
Hubungan antara Sukarni dengan Tan Malaka semakin erat ketika kedudukan pusat pemerintahan RI berada di Yogyakarta. Hubungan ini dibuktikan ketika Sukarni menjabat sebagai Sekjen Persatuan Perjuangan (PP) di bawah ketua Tan Malaka. Karena sikapnya yang berani, Sukarni sempat dijebloskan ke penjara pada 1946 di Madiun.
Dalam riwayat hidupnya, Sukarni juga pernah ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok pada 1961.Dia juga pernah ditunjuk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung pada 1967. Tokoh yang pernah mendapat penghargaan Bintang Mahaputra ini wafat pada tanggal 7 Mei 1971.
Sunday, November 02, 2014
Kisah AK Gani, sang penyelundup penyelamat Republik Indonesia
Reporter : Ramadhian Fadillah
Merdeka.com - Presiden Jokowi telah melantik kabinet Kerja. Menteri-menterinya pun mengaku siap kerja, kerja, kerja dan menjauhi korupsi.
Ada cerita menarik tentang sosok Adnan Kapau Gani yang sering dipanggil AK Gani. Aksi-aksi penyelundupan yang dilakukan AK Gani telah menyelamatkan Indonesia dari embargo Belanda di awal kemerdekaan.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, bukan berarti situasi langsung enak. Belanda berniat kembali lagi menguasai Indonesia. Lewat Agresi Militer, mereka menguasai sebagian besar Pulau Jawa, Sumatera dan wilayah lain. Ibukota RI terpaksa dipindah ke Yogya.
Belanda memblokade seluruh pelabuhan dan lapangan udara. Mereka ingin membuat ekonomi Republik muda ini hancur dan kelaparan.
Tapi aksi berani AK Gani dan sejumlah orang-orang berani lain berani menembus blokade militer Belanda. Risikonya sangat besar, pesawat atau kapal yang coba melewati blokade akan langsung ditembak jatuh atau ditenggelamkan. Paling ringan ditangkap dan seluruh muatan yang berharga disita Belanda.
Pertama, Gani menyelundupkan minyak-minyak mentah, dan hasilnya digunakan untuk membiayai birokrasi pemerintahan, termasuk melengkapi senjata militer. Tujuannya buat berjaga-jaga, bersiap menghadapi kemungkinan Belanda menyerang lagi.
Berkat Gani militer Indonesia kala itu memiliki seragam dan senjata, hasil selundupan.
Tak cuma itu, Gani juga menyelundupkan aneka hasil bumi ke Singapura. Bahan mentah seperti karet, kemudian ditukar amuninisi, tekstil dan obat-obatan. Dia juga yang membawa emas dan perak sumbangan dari rakyat Indonesia ke luar negeri untuk kemudian ditukar dengan bahan makanan dan senjata.
"Orang yang menyelundupkan perdagangan emas dan perak itu juga menyelundupkan 8.000 ton karet adalah Dr AK Gani. Belanda memberinya julukan raja penyelundup tapi rakyat Indonesia mengenalnya sebagai menteri perekonomian," puji Soekarno dalam biografinya, Penyambung Lidah Rakyat.
Aksi AK Gani membuat Belanda yang memblokade Indonesia kesal setengah mati.
Putra Sumatera Barat yang akhirnya menetap di Palembang ini juga pernah menjabat wakil perdana menteri pada kabinet Amir Sjarifuddin. Lalu menjadi menteri pertanian tahun 1946 hingga 1948.
Gani sempat menjadi Rektor Universitas Sriwijaya tahun 1954. Dia tetap tinggal di Palembang hingga meninggal dunia 3 Desember 1968.
Almarhum mantan Ketua MPR Taufik Kiemas selalu menganggap AK Gani sebagai guru politiknya.
Atas jasa-jasanya AK Gani diangkat menjadi pahlawan nasional.
Subscribe to:
Posts (Atom)