Pengukuhan Pengurus Legiun Veteran RI oleh Presiden RI sebanyak 44 orang Pengurus hasil Kongres Ke X untuk masa Bhakti 2012-2017. Yang terdiri dari DPP LVRI 29 orang dan 15 Orang Pengurus Dewan Pertimbangan Pusat LVRI (Watimpus) pada tanggal 22 Juli 2013 sekaligus menyaksikan peresmian Monumen NKRI bertempat di Mabes TNI Cilangkap.
Keterangan Foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di pelataran Monumen Dwikora seusai meresmikan Monumen Dwikora-Trikora di komplek Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis (26/2). ANTARA/Widodo S. Jusuf
Pengurus DPP LVRI hasil Kongres yang memilih kembali Letjen (Purn) Rais Abin sebagai Ketua Umum, Sekjen Marsda (Purn) FX. Soejitno sebagai Sekjen menggantikan Laksda (Purn) Wahyono (alm) yang meninggal pada tanggal 7 Februari 2013. Sedangkan, pengurus Wantimpus Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo sebagai ketua dan Marsda (Purn) Benny Soeparno menjabat sekretaris Wantimpus.
Dalam kedua acara tersebut, hadir Ibu Negara Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono beserta istri Herawati Boediono, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo serta sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB II). Setelah acara pengukuhan dan peresmian Monumen NKRI acara dilanjutkan Buka Puasa Bersama yang juga dihadiri anggota LVRI dan pejuang kemerdekaan RI
TRANSKRIP
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERESMIAN MONUMEN PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN NKRI
MABES TNI, CILANGKAP, JAKARTA 22 JULI 2013
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Saudara Wakil Presiden,
Para Tamu Undangan dan para Sesepuh TNI dan Polri yang saya muliakan, Panglima TNI dan Kapolri beserta Jajaran TNI dan Polri yang saya cintai dan saya banggakan,
Alhamdulillah, hari ini, seraya menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan ini, kita dapat hadir di temrpat ini untuk menghadiri satu acara yang penting, yaitu peresmian Monumen Perjuangan Mempertahankan NKRI. Kita telah mendengar apa yang telah disampaikan oleh Panglima TNI tadi, latar belakang, tujuan, dan pelaksanaan pembangunan monumen yang insya Allah akan segera kita resmikan pada sore hari ini.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati para pahlawan, para pejuang, dan para pendahulunya. Sedangkan bangsa yang cerdas adalah bangsa yang bisa memetik pelajaran dari apa yang dialami di masa lalu untuk kepentingan yang baik di masa depan. Oleh karena itu, kita terus membangun diri agar bangsa Indonesia benar-benar menjadi bangsa yang besar dan bangsa yang cerdas. Kegiatan hari ini atau dibangunnya monumen ini adalah bagian dari upaya kita, upaya bersama agar bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan bangsa yang cerdas.
Kita sering mendengar ucapan di antara kita bahwa seolah generasi muda kita kurang memahami sejarah, kurang memahami apa yang dilakukan oleh para pendahulu-pendahulunya. Kalau ini benar, mari kita telaah mengapa itu terjadi: apakah karena perubahan zaman dengan segala sistem nilai yang berlaku baik pada tingkat dunia maupun pada tingkat nasional, atau kita justru harus melakukan upaya yang lebih agar generasi muda, agar anak-anak kita benar-benar mengerti sejarah negerinya sendiri. Oleh karena itu, ada satu keperluan agar kita, melalui pendidikan dan berbagai upaya, benar-benar memastikan generasi bangsa apa pun selalu mengerti dan memahami sejarah bangsanya sendiri.
Kita bisa menerbitkan buku-buku, kita bisa membuat film dokumentasi ataupun apa pun yang kira-kira mengarah kepada pencapaian tujuan itu. Saya berpendapat, pembangunan museum dan monumen dengan segala pengelolaannya, sebagaimana yang akan kita resmikan hari ini, juga patut kita letakkan agar generasi muda Indonesia masa kini dan masa depan benar-benar mengerti perjalanan bangsanya, termasuk sejarah perjuangan di dalam mempertahankan kemerdekaan itu.
Saudara-saudara,
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Kita ingat, ketika pada tanggal 20 Mei tahun 2002, Timor-Timur yang sekarang menjadi Timor Leste lepas dari bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia, ada satu pemikiran: bagaimana kita mengenang perjuangan dan pengorbanan banyak prajurit yang waktu itu mengemban tugas di Timor-Timur. Itulah sebabnya pada waktu itu, era kepemimpinan Ibu Megawati Soekarnoputri, kita berembuk—sebagian ada di sini, ikut hadir dalam acara ini—bagaimana kita bisa menghadirkan satu tempat di mana para keluarga prajurit yang gugur di Timor-Timur bisa datang, bisa melihat nama-nama yang disayanginya, yang telah mengorbankan jiwa dan raganya di Timor-Timur. Akhirnya, lahirlah gagasan untuk mendirikan Monumen Seroja yang sekarang berdiri megah di pelataran Cilangkap ini.
Pada masa berikutnya lagi, ketika saya mengemban tugas sebagai Presiden, terpikir oleh kita semua waktu itu, mengapa tidak sekaligus kita bangun dua peristiwa bersejarah yang amat besar, yang kita kenal dengan perjuangan atau Operasi Trikora dan kemudian perjuangan dan Operasi Dwikora. Alhamdulillah, kedua monumen itu juga bisa dihadirkan di tempat ini.
Yang terakhir, beberapa tahun yang lalu, kami berdiskusi kembali. Muncul gagasan, mengapa tidak kita lengkapi justru periode awal ketika negara ini diproklamasikan dan kemudian ketika kita berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan itu dari berbagai rongrongan dan ancaman. Maka, lahirlah ide ini, untuk mendirikan monumen yang juga paling penting untuk kita ingat bersama, yaitu sebenarnya episode perang kemerdekaan dan berbagai operasi militer untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang namanya tadi telah disampaikan oleh Panglima TNI, yaitu Monumen Perjuangan Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kita berharap, Bapak-Ibu dan Hadirin sekalian yang saya muliakan, rakyat kita bisa kita undang untuk berkunjung ke tempat-tempat ini. Bahkan, barangkali bagi Panglima TNI, para Kepala Staf Angkatan, Kapolri juga bisa menghadirkan para siswa di jajarannya masing-masing juga untuk berkunjung ke tempat ini. Tentu bukan sekadar berkunjung, tapi bagian dari studi mereka.
Bapak-Ibu,
Hadirin yang saya muliakan,
Ada satu hal yang ingin saya kedepankan pada kesempatan yang baik ini, yaitu korelasi antara politik dan militer. Kita tahu bahwa keputusan untuk perang adalah keputusan politik. Dalam Undang-Undang Dasar dan undang-undang yang berlaku, klausul itu sekarang makin dipertegas. Sedangkan berperang adalah misi dari sebuah angkatan bersenjata atau angkatan perang yang di Indonesia kita kenal sekarang Tentara Nasional Indonesia. Oleh karena itu, apa pun pertimbangan politik yang melatarbelakangi dan yang mendorong dilaksanakannya peperangan itu, bagi prajurit, bagi tentara yang mengemban tugas pertempuran itu, hakikatnya mereka adalah pahlawan. Dan tidak boleh disalahkan mereka-mereka yang berjuang dan berkorban itu oleh urusan politik yang melandasi dan mendorong dilaksanakannya peperangan itu. Tentu yang penting, sebagaimana yang berlaku secara universal, para prajurit yang mengemban tugas itu tentu tidak terlibat dalam kejahatan perang yang itu juga diatur di dalam ketentuan internasional dan ketentuan yang berlaku di negeri kita sendiri.
Kalau kita memetik pelajaran dari semua peristiwa yang ada di pelataran Cilangkap ini, mulai dari monumen ini, Monumen Trikora, Monumen Dwikora, dan Monumen Seroja, maka juga ada keperluan untuk memastikan. Karena kedaulatan adalah harga mati, NKRI tidak bisa kita kompromikan, maka Indonesia memerlukan tentara yang kuat dan modern. Alhamdulillah, ketika perekonomian kita pada tahun-tahun terakhir ini tumbuh baik, anggaran negara juga meningkat, maka kita bisa mengalokasikan anggaran pertahanan lebih banyak lagi. Oleh karena itulah, lima tahun terakhir ini, kita lakukan modernisasi alutsista dan pembangunan kekuatan militer secara lebih signifikan agar, sekali lagi, tentara kita benar-benar menjadi tentara yang kuat dan modern, yang bisa mengemban tugas yang telah diamanatkan oleh konstitusi kita dan oleh bangsa dan negara kita.
Bapak-Ibu,
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Saya tidak ingin menjelaskan apa saja yang ada dalam monumen ini karena Pangllima TNI sudah menjelaskan dan nanti, ketika kita meninjau monumen ini, saya yakin akan dipandu penjelasan dari palagan demi palagan, adegan demi adegan. Oleh karena itu, saya akan akhiri sambutan saya ini dengan mengatakan bahwa, demi penghormatan, penghargaan, dan ucapan terima kasih kepada para pahlawan dan pejuang bangsa, baik yang telah dipanggil oleh Tuhan Yang Mahakuasa maupun yang masih bersama-sama kita sekarang ini, demi terpeliharanya jiwa dan semangat kepejuangan di negeri tercinta ini, dan demi pembelajaran yang dapat kita petik dalam upaya meningkatkan pertahanan dan keamanan negara di masa kini dan masa depan, maka dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah SWT dan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Monumen Perjuangan Mempertahankan NKRI dengan resmi saya nyatakan dimulai penggunaannya. Sekian.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
*****
Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden
Disajikan kembali oleh : MEKOBAS
No comments:
Post a Comment