TEMPO.CO, Jakarta
- Sebagai mantan Ketua MPR 1987-1992 Kharis Suhud ternyata kecewa
dengan amandemen UUD 45 yang sudah dilakukan empat kali. Pernyataan ini
disampaikan oleh teman seangkatannya, mantan Wakil Kepala Staf Angkatan
Darat, Sayidiman Suryohadiprojo.
"Kami melihat UUD 45 setelah
diamandemen isinya sangat liberal," kata Sayidiman ketika takziah di
kediaman almarhum di Jalan Pati Unus, Jakarta Selatan, Senin, 20 Agustus
2012. UUD 45 yang sekarang juga dinilai Kharis dan Sayidiman sebagai
undang-undang yang tidak pro kerakyatan. Ia mencontohkan pasal 33 yang
dulunya murni dikelola oleh negara dan digunakan untuk kesejahteraan
rakyat, setelah diamandemen menjadi sangat bebas.
Sayidiman
merasa kecewa dengan UUD yang sudah diamandemen. Ia dan almarhum semasa
hidup menginginkan undang-undang dasar ini dikembalikan seperti semula.
Sayidiman
menuturkan terakhir bertemu dengan Kharis sekitar 3 bulan lalu. Meski
sudah pensiun, mereka tidak bisa meninggalkan perkembangan bangsa.
Keduanya masih sering terlibat dalam diskusi mengenai kemajuan negara
ini.
Kharis Suhud meninggal pukul 00.36 dini hari tadi pada usia
87 tahun. Mantan ketua Fraksi ABRI ini sudah lama menderita komplikasi
jantung, liver, dan ginjal. Tentara berpangkat terakhir letnan jenderal
itu sudah sakit sejak Maret lalu dan sempat dirawat secara intensif di
Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Kharis Suhud pergi meninggalkan 4
orang anak dan 8 orang cucu. Istri Kharis Suhud sudah berpulang lebih
dulu pada 2005 silam.
Kharis Suhud lahir di Madiun, Jawa Timur,
10 April 1925. Dia adalah tokoh militer dan politikus Indonesia yang
pernah menjabat sebagai ketua MPR/DPR pada masa orde baru, dari tahun
1987 hingga 1992. Sebelumnya, pada 1982 hingga 1987, ia memimpin Fraksi
ABRI. Pada tahun 1975-1978, ia menjabat sebagai Duta Besar Republik
Indonesia untuk Thailand.
Mantan Jendral angkatan darat ini juga
pernah menjadi wartawan di surat kabar pada tahun 1942 dan Ketua Misi
Garuda di ICCS di Saigon. Sejumlah penghargaan pernah diraihnya seperti
Bintang Mahaputra Adipradana, Bintang Kartika Eka Paksi, Bintang dari
Korea Selatan, dan banyak penghargaan lain.
Almarhum akan
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pukul 13.00. Sederet pejabat
orde baru tampak hadir di kediamannya di Jalan Dipati Unus, Jakarta
Selatan. Misalnya saja Gubernur DKI Jakarta 1992-1997 dan Menkopolkam
era Gus Dur Suryadi Sudirja, mantan Komandan Jendral Kopasus Wijoyo
Suyono, pengamat ekonomi Sri Edi Swasono, dan Menko Polhukam Djoko
Suyanto.
SUNDARI
No comments:
Post a Comment