Friday, October 28, 2016
Lulung 'di atas angin', bangkang putusan PPP Djan tapi kebal dipecat
Reporter : Mardani, Rizky Andwika Merdeka.com
Ketua DPW PPP DKI Jakarta kubu Djan Faridz, Abraham Lunggana alias Lulung, serius membelot dari keputusan Djan Faridz di Pilgub DKI. Lulung memilih mendukung pasangan Agus-Sylvi, padahal PPP Djan Faridz memutuskan buat mendukung Ahok- Djarot.
Lulung yang selama ini dikenal sebagai salah satu 'tangan kanan' Djan dalam perseteruan PPP dengan Romahurmuziy, bahkan menegaskan tak takut dipecat oleh Djan Faridz dari posisinya di PPP atas pilihannya mendukung Agus-Sylvi.
"Saya siap diberikan sanksi, dipecat pun siap. Demi Agus-Sylvi," kata Lulung di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Selasa (25/10).
Lulung menjelaskan keputusannya mendukung Agus dan Sylvi telah melalui pertimbangan matang. Dia menilai sosok Agus dan Sylvi memenuhi kriteria untuk menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, ketimbang Ahok-Djarot.
"Karena saya yakin Agus-Sylvi akan jadi Gubernur DKI karena Jakarta multi urban, multi etnis. Kita akan berikan keyakinan pada masyarakat bahwa Jakarta butuh gubernur baru yang bersih," katanya.
Jika nantinya benar-benar dipecat oleh Djan Faridz, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta ini mengaku tak akan bergabung dengan PPP kubu Romahurmuziy yang juga pendukung Agus-Sylvi. Dia mengklaim, banyak partai lain yang bersedia menampungnya.
"Enggak, enggak (gabung PPP Romi) karena banyak partai yang mau nampung saya. Saya eggak bakal ke Romi karena dia yang salah," katanya.
Namun sepertinya PPP kubu Djan Faridz tak bisa berbuat apa-apa kepada Lulung. Pria yang kerap mengkritik Ahok itu sepertinya tak akan kena sanksi apalagi kena pecat.
Sekjen PPP kubu Djan Faridz, Dimyati Natakusumah mengaku PPP Djan Faridz tak bisa memberikan sanksi kepada Lulung terkait pembangkangannya di pilgub DKI. Dimyati beralasan Kubu Djan Faridz yang tak memiliki legal standing menjadi ganjalan untuk menjatuhkan sanksi ke Lulung.
"Sanksi itu sulit diterapkan karena di sana ada legal standing, di sini ada legal standing," kata Dimyati di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (26/10).
Dimyati menjelaskan kubu Djan Faridz telah menerapkan kontrak politik yang berisi setiap kader harus berkomitmen mendukung Ahok dan Djarot di Pilkada DKI 2017. Namun, partainya tak memiliki legal standing karena hanya berpegang pada putusan MA dan tak memiliki SK Kepengurusan yang sah dari Menkum HAM.
"Kita punya pengurus, punya cabang dan punya kader-kader itu digerakan oleh DPP, tapi sanksi itu sulit diterapkan," katanya.
Semangat Sumpah Pemuda Daan Mogot, Perwira Tangguh yang Gugur di Usia 17 Tahun
Salmah Muslimah - detikNews
Jakarta - Tampan, pintar, dan berjiwa pemimpin. 3 kata itu mungkin tepat untuk menggambarkan sosok Daan Mogot, perwira tangguh yang gugur diusia sangat muda, 17 tahun.
Daan Mogot memiliki nama asli Daniel Elias Mogot, pria kelahiran 28 Desember 1928 ini sudah menjadi pelatih Pembela Tanah Air (PETA) saat usianya 14 tahun. Wajahnya yang tampan dan hidungnya yang mancung sering membuat Daan Mogot dikira memiliki darah Belanda. Namun nyatanya dia merupakan putra Manado asli.
Daan Mogot dibesarkan di lingkungan keluarga polisi dan tentara, ayahnya bernama Nicolas Mogot dan ibunya Emilia Inkiriwang. Dia merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara. Daan Mogot merupakan sepupu dari Kolonel Alex Kaliwarang yang pada masa itu menjabat sebagai Panglima Divisi Siliwangi dan juga sepupu dari Irjen Pol A. Gordon Mogot mantan Kapolda Sulawesi Utara.
Saat usianya 11 tahun, Daan Mogot ikut hijrah bersama keluarganya dari Manado ke Jakarta dan menempati rumah di Jalan Cut Mutia di Jakarta Pusat. Ayah Daan Mogot ditugaskan menjadi Kepala Lapas Cipinang, Jatinegara, Jakarta Timur.
Kecerdasan dan keterampilan yang dimiliki Daan Mogot membuat jalan karier militernya berjalan mulus. Tahun 1942 dia mulai bergabung di militer dan ketika usianya 14 tahun dia ditunjuk menjadi instruktur Pembela Tanah Air (Peta) di Tabanan, Bali. Dia lalu dipromosikan menjadi staf di Markas Besar Peta Jakarta.
Saat kejatuhan Jepang dan usai Proklamasi 1945, Daan Mogot menjadi salah satu tokoh pemimpin Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pangkat Mayor.
Pengalaman di militer mendorong Daan Mogot membentuk Akademi Militer untuk membina para anak muda menjadi tentara yang tangguh agar bisa menjaga keutuhan dan kedaulatan negara. Pada November 1945, Daan Mogot mendirikan Akademi Militer Tangerang.
Daan Mogot menjadi Direktur di akademi tersebut. Jabatan itu merupakan puncak karier Daan Mogot sebelum akhirnya dia menghembuskan nafas terakhir dalam pertempuran di Hutan Lengkong, Tangerang pada 25 Januari 1946. Timah panas tentara Jepang menghujam paha dan dada kanan Daan Mogot. Mayor muda berusia 17 tahun itu gugur bersama dengan 36 tentara lainnya.
Daan Mogot mendapatkan Bintang Mahaputra pada 1966, namanya lalu diabadikan sebagai nama jalan yang menghubungkan dua provinsi Tangerang dan Jakarta.
70 tahun berlalu sejak peristiwa Lengkong, namun nama Daan Mogot masih akan terus dikenang. Bukan hanya dikenang sebagai nama ruas jalan yang membentang dari Tangerang hingga Jakarta Barat, tetapi juga semangat Daan Mogot bisa menjadi contoh bagi generasi muda saat ini.
(slm/ega)
Subscribe to:
Posts (Atom)